Pages

Pages

Minggu, 23 Desember 2012

Sejarah Singkat Guru Tua.

Kehidupannya adalah kehidupan ilmu,pendidikan dan dakwah di jalan Allah. Beliaulah pendiri madrasah Alkhairaat di kepulauan Timur Indonesia. Keturunan beliau adalah ad-da'I (pendakwah) atau juru dakwah. Nama lengkapnya adalah As-Sayyed Idrus bin Salim bin Alwi bin Saqqaf bin Muhammad bin Idrus bin Salim bin Husain bin Abdillah bin Syaikhan bin Alwi bin Abdullah At-Tarisi bin Alwi Al-Khawasah bin Abubakar Aljufri Al-Husain Al-Hadhramiy yang mempunyai jalur keturunan dari Sayyidina Husain bin Fatimah Az-Zahra Puteri Rasulullah SAW.

Kelahirannya hari Senin Sya'ban 1309 H di Taris Hadramaut, sebelah selatan Yaman. Beliau berasal dari keluarga yang baik, berilmu, beramal, bertaqwa dan lemah lembut. Tiada dari kalangan mereka, selain ulama yang muslih dan da'i.

Ayahnya Habib Salim seorang ilmuwan dan tokoh yang memiliki banyak karangan dan tulisan dari berbagai bidang ilmu, ia memegang jabatan Qadhi dan mufti di negerinya. Kakeknya Habib Alwi adalah pemimpin dan ilmuwan yang masyhur, termasuk lima ahli fiqh Hadramaut yang fatwa mereka termuat dalam kitab Bughyatul Mustarsyidin karangan Sayyed Abdurrahman Almasyhur. Kakeknya yang kedua Al-Habib Saqqaf diantara ulama yang terkenal dari dua faqih dan memegang jabatan Qadhi di Hadramaut.

Habib Idrus belajar ilmu agama dan bahasa bermula dari ayahnya Al-Allamah Salim bin Alwy Aljufri termasuk pula ulama-ulama lain yang berada di Hadramaut. Beliau hidup dan besar dalam lingkungan ilmu pengetahuan dan senantiasa melazimi para ulama serta mengambil dan menimbah ilmu dari sumber yang murni, maka jadilah beliau pakar dalam ilmu-ilmu agama dan bahasa, sehingga beliau dilantik menjadi Qadhi dan Mufti di Taris negerinya menggantikan ayahnya.

Perjalanannya ke Indonesia yang pertama kali ketika beliau berumur kurang lebih 17 tahun. Dan perjalanannya yang kedua di tahun 1922 terjadi akibat perjuangan politiknya untuk membebaskan negaranya dari penjajahan Inggris. Beliau bersama sahabatnya Habib Abdurrahman bin Ubaidillah As-Saqqaf, keduanya merupakan tokoh agama dan wakil dari para ulama lain yang memelopori perjuangan kemerdekaan, mereka membenci penjajah dan konco-konconya serta suasana kacau yang berkembang di Hadramaut khususnya wilayah Arab sebelah Utara secara keseluruhan. Keduanya bersepakat untuk menyalakan api perlawanan terhadap penjajah dan konco-konconya dan mereka adalah orang yang pertama kali menghidupkan api tersebut.

Mereka berpendapat bahwa berhubungan dengan Negara-negara Arab yang merdeka dan dunia luar adalah sesuatu yang amat penting untuk merubah keadaan di dalam negeri sekaligus memerdekakan negara secara total. Maka tugas politik yang sangat berbahaya itu di serahkan kepada Habib Idrus. Beliau memutuskan untuk keluar melalui pelabuhan Aden selanjutnya ke Yaman dan Mesir dengan tujuan untuk menjelaskan keadaan negerinya kepada masyarakat Arab dan dunia secara keseluruhan. Beliau mengetahui bahwa perbuatannya itu membahayakan jiwanya karena inteligen Negara dan mata-mata pemerintahan Inggris terus memperhatikan gerak-geriknya, akan tetapi perjalanan itu harus dilakukan.

Setelah segala perlengkapan dan rancangan disiapkan dengan tepat dan matang serta penuh kehati-hatian tersebut hampir membuahkan hasil, jika tidak disebabkan oleh penghianat yang mengambil kesempatan untuk keuntungan pribadi membocorkan rahasianya. Setelah beliau sampai di bandara Aden, tiba-tiba beliau di tangkap kemudian dokumen-dokumen yang ada padanya dirampas serta mendapat larangan dari pemerintah Inggris untuk tidak keluar dari bandara Aden dengan tujuan ke Negeri Arab akan tetapi diizinkan untuk kembali ke Hadramaut atau pergi ke Asia Tenggara. Maka beliau memutuskan untuk pergi ke Indonesia.

Beliau masuk ke Indonesia dan menetap di Pekalongan untuk beberapa waktu lamanya dan menikah dengan pasangan hidupnya Sy. Aminah binti Thalib Aljufri dan bersama menikmati pahit manisnya kehidupan. Ketika itu beliau berdagang kain batik tetapi tidak mendapat kemajuan karena cintanya kepada dunia pendidikan melebihi dari segala-galanya. Kemudian beliau meninggalkan perdagangan dan beliau pindah ke Solo, beliau dilantik sebagai Guru dan Kepala Sekolah di Madrasah Rabithah Al-Alawiyyah. Setelah beberapa tahun beliau pindah ke Jombang dan tinggal beberapa lama di sana. Kemudian beliau memulai perjalanannya ke Timur Indonesia untuk memberi petunjuk dan berdakwah di jalan Allah hingga sampailah beliau di Palu yang kala itu bernama "Celebes" pada masa penjajahan Belanda.

Setelah beliau masuk di negeri tersebut terlihat olehnya gerakan misionaris Kristen yang mendapat tempat dan pengikut yang banyak dari penduduk muslim yang awam. Karena kurang hidupnya dakwah islamiyah di negeri itu bahkan hampir tidak terdapat da'i Islam yang mengimbangi gerakan misionaris yang menentang Islam. Beliau memikul tanggung jawab ini dan masuk melaksanakan dakwah, menentang musuh-musuh, karena semangat Islam dan tanggungjawabnya yang pertama sebagai seorang muslim dan kedua sebagai seorang yang alim.

Al-Ustadz berpendapat bahwa sebaik-baik cara untuk menentang gerakan misionaris adalah sesuai dengan firman Allah : ("serulah ke jalan Tuhanmu dengan kebijaksanaan dan peringatan yang baik serta berdialog (berdebatlah) dengan cara yang baik") dan juga dari sabda Nabi SAW : ("Mudahkanlah dan jangan menyusahkan, berilah kabar gembira dan jangan menakut-nakuti"). Dengan demikian cara penyebaran ilmu dan budaya Islam haruslah dengan jalan yang mudah dan cara yang bijak melalui pembukaan sekolah dan majlis Ta'lim untuk menghimpun anak-anak Islam.

Bangunan sekolah yang pertama adalah di bangun atas biaya beliau sendiri di kota Palu yang sekarang menjadi Ibukota Sulteng salah satu wilayah yang terletak di Timur Indonesia, yang merupakan sekolah Islam yang pertama di Negeri Palu dan kemudian berkembang menjadi cabang-cabang mencapai ratusan madrasah tersebar di kota-kota dan kampong-kampung di bagian Timur Indonesia yang diberi nama "ALKHAIRAAT", dengan harapan optimis dan keberkatan dari nama tersebut yang banyak kali di sebut dalam Al-Qur'an dan secara resmi madrasah tersebut di buka pada tanggal 14 Muharram 1349 H bertepatan dengan 11 Juni 1930. dan pada peresmian itu di hadiri oleh para pemuka-pemuka Arab yang tinggal di Palu dan sebagian petinggi-petinggi negeri.

Ustadz telah memertaruhkan seluruh hidupnya dalam mengarungi perjalanan panjang dengan berbagai sarana ke kepulauan di sekitar Sulawesi dan Muluku untuk menyiarkan pengetahuan Islam. Beliau berpindah dari satu pulau ke pulau yang lain menggunakan parahu sampan dengan bermacam resiko, tantangan dan bahaya yang selalu mengancam di setiap saat. Akan tetapi Ustadz yang dirahmati Allah selalu merasakan kenikmatan di antara pertaruhan jiwanya dan beliau rela memberikan apa saja meski jiwanya sekalipun. Beliau tabah dalam mengarungi pelayaran itu sampai berbulan-bulan lamanya. Dan kadang-kadang perjalanan itu di tempuh dengan berjalan kaki jika tidak mendapatkan alat-alat transportasi.

Akhir kata, semua perjuangan beliau terus dilakukannya hingga akhir hayat dengan tetap mengajar dan berdakwah di jalan Allah, walaupun harus mengorbankan semua yang berharga yang ada pada dirinya. Beliau berpulang pada 12 Syawal 1389 H bertepatan dengan tahun 1969 M, setelah beliau berikan bagi umat Islam suatu pelayanan demi pembelaannya terhadap Islam. Maka berhembuslah rohnya yang suci dan seolah-olah berkata :"79 tahun aku berjuang semasa hidupku dengan memuji Allah aku telah beramal. Lihatlah madrasah-madrasah yang ada di seluruh penjuru negeri menjadi saksi bahwasannya ucapan dan perbuatanku tidaklah sia-sia.

(di sadur dari situs resmi PB. Alkhairaat, www.alchairaat.or.id)

sumber : http://alkhairaat-ternate.or.id/index.php/profile/sejarah-alkhairaat

Rabu, 05 Desember 2012

Makalah ASASMEN PEMBELAJARAN "Ciri-ciri Instrumen Penilaian Yang Baik dan Bentuk-bentuk Instrumen Penilaian dalam Pembelajaran Matematika"


Makalah     :  Asasmen Pembelajaran
Dosen          :  Hadi


Ciri-ciri Instrumen Penilaian Yang Baik dan
Bentuk-bentuk Instrumen Penilaian dalam
Pembelajaran Matematika



Oleh
Kelompok V

Nama
1.      Ardiansyah
2.      Irfan
3.      Fajrin M. Hafel
4.      Sulfiani Lansari
5.      Nurhias
No. Stambuk
10 . 661 . 015
10 . 661 . 040
10 . 661 . 018
10 . 661 . 013
09 . 661 . 079


Jurusan matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Tahun Pelajaran 2011/2012
Universitas Alkhairaat Palu









Kata pengantar

Puji syukur kepada tuhan yang maha kuasa, karena hanya ridhonya makalah ini dapat diselesaikan yang berjudul   Ciri-ciri Instrumen Penilaian Yang Baik dan Bentuk-bentuk Instrumen Penilaian dalam Pembelajaran Matematika. Semoga makalah kami dapat berguna bagi mahasiswa dan masyarakat.
Semoga bapak dapat memaklumi makalah yang kami buat apabila ada terdapat kesalahan dan kekurangan dalam makalah kami, dan kami mengharapkan bantuan dari teman-teman agar memberikan saran dan kritikan agar mencapai suatu kesempurnaan dalam suatu makalah ini.


Penyusun
Kelompok V







Daftar isi
Kata pengantar
 i
Daftar isi
Ii
Bab i pendahuluan
1
A.    Latar belakang
B.     Tujuan
1
1
Baba ii  pembahasan
2
A.    Cirri-ciri instrument penilaian yang baik
a)      Validitas
b)      Reliabilitas
B.     Bentuk-bentuk instrument
a)      Alat Ukur Tes
§      Cirri-ciri pokok tes objektif
§      Cirri-ciri pokok tes uraian (essay)
§      Bentuk-bentuk tes objektif
§      Butir tes uraian
b)      Alat Ukur Non Tes
2
2
2
2
3
5
5
5
7
7
Bab III penutup
9
A.    Kesimpulan
B.     Saran
9
9
Daftar pustaka
10




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Penilaian seringkali mendasarkan diri dari pada hasil pengukuran. Oleh karena itu, pengukuran merupakan bagian terpenting dari penilaian. Meskipun pengukuran bukanlah satu-satunya bagian dari penilaian, tetapi prinsip-prinsip pengukuran mempengaruhi instrument penilaian. Instrumen penilaian adalah alat yang digunakan dalam suatu kegiatan penilaian untuk mengumpulkan informasi tentang sesuatu. Dalam kegiatan pembelajaran, instrument penilaian yang digunakan disebut alat ukur (instrument) yang disusun, dilaksanakan, dan diolah berdasarkan aturan yang berlaku dalam pengukuran.
Instrumen memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan mutu informasi suatu penilaian. Instrumen berfungsi mengungkapkan fakta menjadi data, sehingga jika kualitas instrument yang digunakan baik, maka data yang diperoleh sesuai dengan fakta sesungguhnya.
B.     Tujuan
Tulisan ini bertujuan untuk memperluas pengetahuan para pembaca, khususnya para mahasiswa jurusan pendidikan matematika agar nantinya dalam membuat instrument penilaian dalam pembelajaran matematika yang disusun, dilaksanakan, dan diolah berdasarkan aturan yang berlaku dalam pengukuran.





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Ciri-ciri instrumen penilaian yang baik
Ciri-ciri instrument yang baik antara lain adalah : (1) sahih (valid), artinya instrument itu mengukur apa yang seharusnya diukur dan (2) konsisten (reliable), artinya hasil pengukuran selalu konsisten bila dilaksanakan pada siswa yang sama dalam waktu dan kondisi yang berlainan, atau dengan instrument yang paralel pada subjek dan waktu yang sama, akan memberikan hasil yang tetap, konsisten, “ajeg” selama aspek yang diukur belum berubah. Selaian valid dan reliable, ada juga yang dilengkapi dengan analisis butir guna mengetahui tingkat kesukaran dan indeks diskriminasi setiap butir, khususnya untuk instrument jenis tes.
a.      Validitas
Konsep validitas mengacu pada interpretasi yang diperoleh melalui hasil, disimpulkan dari fakta dan dinyatakan dalam tingkat tinggi, sedang dan rendah. Validitas dapat dibedakan menjadi : validitas isi (content validity), validitas konstruk (contruct validity) dan validitas criteria (criterion validity).
Tidak setiap instrumenharus memiliki keempat validitas tersebut. Jenis validitas yang dituntut sesuai dengan jenis dan tujuan pengukuran dan menggunakan instrument yang dimaksud.
b.      Reliabilitas
Reliabilitas sering diterjemahkan dengan keterpercayaan, keterandalan, keajengan (stability) atau kemantapan (consistency). Pada hakekatnya reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya, artinya beberapa kali seperangkat instrument diujikan kepada subjek yang sama dalam kurun waktu yang berbeda atau instrument yang paralel pada subjek dan waktu yang sama, akan memberikan hasil yang “tetap”,”ajeg” selama aspek yang diukur belum berubah.
“Tetap” mengandung arti kapanpun isnstrumen penilaian tersebut digumakan akan memberikan hasil yeng relatif sama. Adapun “ajeg” berarti hasil pengukuran saat ini menunjukkan kesamaan hasil bila diberikan pada waktu berlaianan terhadap siswa yang 





 untuk lebih lengkapnya download makalah dalam format Word.

SOAL ULANGAN SMESTER KLS X, XII, dan XIII SMK PGRI 1 Marawola

Bagi siswa SMK PGRI 1 Marawola Kls X, XI dan XII yang belum tuntas harap harap kerjakan soal dibawah ini, dengan cara mendownload soal sesuai kelas.
soal dan jawaban dikirim melalui email scout_240688@yahoo.co.id paling lambat tanggal 16 Desember 2012

Soal Kls X TKJ/TSPM
Soal Kls XI TKJ/TSPM
Soal Kls XII TKJ/TSPM